ALAT DAN MESIN PENGOLAH TANAH
ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH
Maksud dan tujuan pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia.
Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik; khemis
dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh
gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada
tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan
tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Macam dan cara pengolahan tanah
Berdasarkan atas tahapan kegiatan,
hasil kerja dan dalamnya
tanah yang menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan
tanah dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal
(primary tillage) dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage)
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian
diangkat terus dibalik agar sisa-sisa
tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam
di dalam tanah. Kedalaman pemotongan
dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih
berupa bongkah- bongkah tanah yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah belum
dapat dilakukan dengan efektif.
Dalam
pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang telah
terpotong pada pengolahan tanah pertama akan
dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah.
Macam-macam alat dan mesin pengolah tanah
Sesuai
dengan macam dan
cara pengolahan tanah
yang telah diterangkan di atas, secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi dua macam:
1.
Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary
tillage equipment), yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pengolahan tanah pertama. Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow),
dengan segala jenisnya.
2.
Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage
equipment), yang digunakan untuk melakukan
pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa garu (harrow) dengan segala jenisnya.
Bajak (plow)
Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000th SM di Egypt.
Pada awal mulanya bajak
sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia, dengan bntuk yang sangat
sederhana. Kemudian Thomas
Jefferson merancang secara istimewa dengan prinsip perhitungan matematika.
Untuk pertama kalinya alat pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai bahan utamanya, selanjutnya dibuat dari baja.
Penggunaan sistem dua mata bajak (bottom)
dimulau sejak tahun 1865, kemudian diikuti dengan pemakaian tiga mata bajak dan
seterusnya, tergantung pada besarnya daya penarik yang digunakan (Anonim 1.
2012).
Banyak dijumpai berbagai
bentuk rancangan bajak, hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara tujuan pengolahan
tanah dan peralatan yang dipergunakan.
Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, secara garis besar bajak dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu:
1. Bajak singkal (mold board plow)
2. Bajak piringan (disk plow)
3. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
4. Bajak pahat (chisel plow)
5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
1.
Bajak
singkal (mold board plow)
Bajak singkal
termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia
jenis bajak singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai
sumber daya penariknya.
Sering
dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan
pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian
perlengkapannya. Mata bajak adalah
bagian dari bajak yang berfungsi aktif untuk mengolah tanah. Bajak singkal
secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1.
Bajak
singkal satu arah (one
way moldboard
plow), adalah
jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah akan
melempar dan membalik tanah hanya
dalam satu arah. Lemparan atau pembalikan
tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan.
2.
Bajak
singkal dua arah (two way/reversible moldboard plow),
adalah jenis bajak
singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah,
arah pelemparan atau pembalikan tanahnya dapat
diatur dua arah yaitu ke kiri maupun ke arah kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata bajak yang
kedudukannya dirancang untuk dapat diputar
ke kanan ataupun ke kiri dengan cepat, sesuai dengan arah pelemparan ataupun
pembalikan tanah yang
dikehendaki.
Penggunaan bajak
singkal dua arah
mempunyai beberapa
kelebihan akan menghasilkan pembalikan
tanah yang seragam
untuk seluruh petak tanah yang diolah, praktis untuk
pengolahan tanah sistem kontur dari
hasil kerjanya tidak akan
berbentuk alur
mati
(dead-furrow)
ataupun
alur
punggung (back-furrow),
sehingga pembajakan dapat teratur dan rata. Namun kelemahannya adalah
konstruksinya lebih
berat dan lebih rumit,
untuk ukuran bajak yang besar
perlu dilengkapi sistem hidrolis
untuk pemutaran mata bajaknya, perlu keterampilan yang lebih baik dari
pengemudinya.
Bagian-bagian bajak singkal
Bagian
bajak singkal yang aktif untuk mengolah tanah terdiri atas:
1.
pisau
bajak (share)
berfungsi untuk memotong tanah secara horizontal. Oleh karenanya biasaya bajak
ini terbuat dari logam yang berbentuk tajam.
2.
singkal
(moldboard) berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan
dan membalik tanah yang telah dipotong oleh pisau bajak. Karena bentuknya yanng melengkung, pada waktu bajak
bergerak maju, tanah yang telah terpotong akan terangkat ke atas kemudian akan dibalik dan dilempar sesuai
dengan arah pembalikan bajak.
3.
penstabil bajak (land side), berfungsi untuk mempertahankan gerakan maju bajak
agar tetap lurus.
Dengan jalan menahan atau mengimbangi
gaya ke samping yang diterima oleh bajak
singkal, pada waktu bajak tersebut digunakan untuk memotong
dan
membalik tanah.Bagian penstabil bajak ini akan selalu bergerak sejajar dan menempel pada dinding alur
pembajakan.
Untuk penyempurnaan hasil kerjanya, disamping bagian-bagian utama
di atas,
bajak singkal sering
dilengkapi dengan
perlengkapan tambahan, antara
lain adalah:
a. Roda alur
penstabil (furrow
wheel), berfungsi sebagai
pembantu alas penstabil bajak
dalam menjaga kestabilan pembajakan.
b. Roda dukung
(land wheel), berfungsi untuk
mengatur kedalaman
pembajakan. Dengan alat
ini diharapkan pengolahan tanah
dapat dilakukan dengan kedalaman yang relatif konstan.
c. Kolter,
berfungsi untuk memotong seresah dan
memotong tanah ke arah vertikal. Dengan alat ini diharapkan kerja pembalikan tanah akan lebih ringan.
Kolter
biasanya dipasang di depan bajak
dan terletak sedikit
di atas mata bajak.
d. Jointer, berfungsi
untuk memungkinkan
penutupan seresah lebih sempurna dalam pembajakan. Alat ini bentuknya menyerupai bajak singkal namun dengan
ukuran yang lebih
kecil. Dalam pemasangan umumnya berada di atas pisau bajak, ke
arah tanah yang belum dibajak dengan kedalaman kerja lebih kurang 5 cm. Dengan alat ini rumput-rumput atau seresah sebelum
dibalik, struktur akar sudah dirusak
atau dipotong, sehingga pada waktu tertimbun tanah tidak ada kemungkinan untuk menembus tanah dan tumbuh
kembali.
e. Kerangka
(beam), seluruh
bagian-bagian bajak di
atas pada penggunaannya dipasang
pada kerangka yang kuat. Pada kerangka ini pula terpasang titik penggandengan bajak. Pada titik-titik penggandengan ini bbajak dapat dirangkaikan
dengan sumberdaya penariknya.
2. Bajak
piringan (disk plow)
Adanya
kelemahan-kelemahan bajak singkal
maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering dimana
bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat.
Namun penggunaan bajak piringan ini untuk pengolahan tanah ada juga
kelemahannya antara lain: tidak dapat
menutup seresah dengan baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih
berbongkah-bongkah, tetapi untuk
lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap menguntungkan.
Jenis
bajak piringan
Berdasarkan tempat
kedudukan dan susunan piringannya
bajak piringan secara garis
besar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Bajak
piringan standard
Pada jenis bajak ini masing-masing piringan mempunyai
poros tersendiri terpisah antara piringan satu dengan
piringan yang lain.
2.
Bajak
piringan vertikal
Untuk jenis bajak piringan
ini masing-masing
piringan dirangkai dalam satu poros.Namun disamping cara penggolongan di atas, seperti pada baja
singkal, berdasarkan atas
arah pembalikan pengolahan tanahnya, bajak piringan juga dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu:
1.
Bajak piringan satu arah (one way disk plow)
2.
Bajak piringan dua arah (two way / reversible
disk plow)
Selanjutnya
berdasarkan bentuk piringannya, piringan dari bajak piringan dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Piringan
standard, yaitu yang tepinya rata (standard
disk), biasa digunakan untuk
mengolah tanah yang sudah lama
diusahakan untuk tanaman semusim, sehingga tidak dijumpai sisa-sisa tanaman atau perakaran yang cukup
besar.
2. Piringan
yang
tepinya
tidak
rata
atau berlekuk (cutaway
disk),
biasa
digunakan untuk tanah yang baru diusahakan atau biasa ditanami dengan tanaman keras. Jenis piringan ini sesuai untuk mengolah tanah yang banyak
sisa tanamannya dan sesuai untuk memecah tanah yang berbongkah- bongkah.
Bagian-bagian
bajak piringan
1.
Piringan (disk), berfungsi
untuk meotong,
mengangkat,
menghancurkan
dan membalik tanah yang dibajak. Piringan berbentuk cekung dengan tepi yang
tajam. Bagian tepi yang tajam akan
berfungsi sebagai alat pemotong tanah, sedang bagian piringan yang cekung akan berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan dan membalik
tanah.
2.
Poros
atau pusat piringan, berfungsi sebagai tempat
bertumpu dan berputarnya piringan,
sehingga memungkinkan
piringan dapat berputar dengan baik pada waktu digunakan
untuk melakukan pengolahan tanah.
3.
Penggarak piringan
(scraper), berfungsi untuk
menjaga piringan tetap bersih, bebas dari gumpalan
tanah. Tanah yang menggumpal pada piringan akan
menyebabkan kemacetan dan ketidaknormalan
kerja dari bajak piringan. Di samping itu, penggarak piringan ini juga
berfungsi untuk membantu pembalikan dan penghancuran tanah pada waktu jenis
bajak ini digunakan untuk membajak tanah.
4.
Roda alur penstabil (furrow wheel)
5.
Roda dukung (land wheel)
6.
Kerangka (beam)
Dimana
fungsi roda alur penstabil, roda
dukung, dan kerangka sama fungsinya
seperti pada bajak singkal. Hasil
kerja dan besarnya
kebutuhan daya dalam
penggunaan bajak piringan ini
akan sangat dipengaruhi oleh: bentuk, ukuran dan jenis piringan; cara
pemasangan piringan yang akan berpengaruh
terhadap besarnya sudut penarikan atau sudut piringan (disk angle)
dan sudut kemiringan piringan (tilt angle);
cara penyetelan bajak dan sistem penggandengan; jenis dan kondisi tanah dan
faktor lainnya.
3.
Bajak
putar (rotary plow)
Pengolahan
tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkah- bongkah yang masih
cukup besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar
maka pengerjaan tanah dapat
dilakukan sekali tempuh.
Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun
tanah sawah. Kadang-kadang
bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua
dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan ataupun pendangiran.
Penggunaan bajak putar untuk pengolahan tanah dapat diharapkan
hasilnya baik, bila
tanah dalam keadaan cukup
kering atau basah
sama sekali. Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat
putaran dari rotor dan memperlambat gerakan
maju. Makin cepat
perputaran rotor akan
lebih banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil penggemburan
yang lebih halus. Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan
daya yang terkecil tetapi memenuhi persyaratan ukuran partikel tanah yang
dituntut oleh tanaman.
Salah
satu masalah dari penggunaan bajak
putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda keras: untuk
itu biasanya diadakan pengamanan
(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).
Berdasarkan
atas sistem pengambilan daya untuk
menggerakkan rotor dan pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis
besar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. bajak putar
dengan tenaga pemutar
pisau dari mesin tersendiri terpisah dari tenaga
traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2. bajak putar dengan tenaga pemutar
pisau dati pto traktor,
yang sekaligus traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives
tractor).
Prinsip
kerja bajak putar
Pisau-pisau dipasang
pada rotor secara melingkar hingga beban
terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap.
Pada waktu rotor berputar
dan alat bergerak
maju pisau akan memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali
pemotongan tergantung pada kedalaman
dan kecepatan maju.
Gerakan
putaran rotor yang memutar pisau-pisau
diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya
khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan
daya untuk ukuran bajak putar kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan
sistem hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan dengan traktor besar,
biasanya menggunakan universal joint.
Bagian-bagian
bajak putar
1. Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah pada waktu pengolahan tanah dengan bajak putar dilakukan. Pisau ini juga cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat
menutupnya dengan tanah secara baik
seperti bila menggunakan
bajak singkal maupun
bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam hubungannya dengan bentuk permukaan
dan hasil pengolahan tanah dapat dilihat pada gambar.
2. Poros
putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.
3. Rotor,
berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar.
4. Penutup
belakang (rear shield),
berfungsi membantu penghancuran
tanah.
5. Roda
dukung
(land wheel), berfungsi untuk
mengatur kedalaman pengolahan tanah.
a. Sistem pemasangan pisau
Pemasangan pisau
dengan jumlah yang lebih sedikit
akan memperoleh sedikit
hambatan karena adanya seresah pada
tanah dan pisau dapat masuk lebih dalam pada
tanah sehingga seresah dapat
bercampur dengan tanah. Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih besar.
b. Tipe
tanah
Pada tanah berat kandungan lempung lebih banyak,
sehingga kohesi partikel tanah cukup besar hingga kemungkinan hasil
pengerjaan tanah dapat bervariasi dari halus sampai kasar.
c. Kecepatan perputaran pisau
Pada kecepatan maju tetap,
makin cepat perputaran pisau akan
diperoleh pemotongan yang semakin halus; makin
lambat perputaran pisau maka hasil pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan
penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannyya yang besar
akan dapat merusak
struktur tanah dan mengurangi umr pemakaian pisau.
d. Posisi penutup (rear shield)
Adanya penutup akan memungkinkan
tanah lebih hancur karena tanah yang terlempar dari pisau terbentur pada penutup.
Posisi dari penutup akan mempengaruhi benturan tanah
terhadap pentup.
Posisi
yang memungkinkan adanya benturan yang lebih keras akan menghasilkan penghancuran tanah yang lebih besar.
e. Kandungan air tanah
Bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah
akan lebih halus.
4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam
pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan
untuk merobek dan menembus tanah dengan
menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau
chisel
point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau
batang yang biasa disebut bar.
Bar ini secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. kaku, adalah konstruksi yang berat
Jenis batang ini terbuat dari baja dengan kadar karbon tinggi.
Batang ini mungkin berbentuk lurus
mungkin juga berbentuk lengkung.
b. lentur (flexible)
Ukurannya biasanya lebih panjang dan lebih ramping. Terbuat dari baja yang dicampur dengan nikel. Bekerja seperti aksi dari per. Batang (bar)
ini dipasang pada kerangka yang mana jarak
bar yang satu dengan yang lain
masing-masing 30 cm, dapat juga antara
(30 – 60) cm untuk ukuran bajak pahat yang besar. Bajak pahat ini
dapat dipergunakan untuk pembajakan
dangkal maupun dipergunakan untuk
pembajakan dalam sampai kedalaman 45 cm, tergantung pada keperluan dan
jenis mata pahatnya. Berdasarkan jenisnya pula,
lebar kerja alat sangat bervariasi tergantung dari sumber daya penarik dan keperluannya.
Fungsi
dari bajak pahat tidak sama dengan fungsi bajak singkal maupun bajak piringan.
Fungsi bajak pahat adalah:
a.
Memecah tanah yang
keras
dan kering, ini biasa
dilakukan
sebelum pembajakan untuk tanah tertentu.
b.
Dipergunakan untuk pengerjaan praktis
pada tanah bawah
c.
Dipergunakan pada tanah
yang
berjerami,
dan
dipergunakan
untuk
memotong sisa-sisa perakaran yang berada dalam tanah.
d.
Dipergunakan untuk memecah lapisan keras
(hardpan) atau plow sole.
e.
Memperbaiki infiltrasi air pada tanah,
sehingga dapat mengurangi erosi.
5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
Bajak
tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih berat. Fungsi
bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak
pahat,
namun
dipergunakan untuk
pengerjaan tanah
dengan kedalaman yang lebih dalam,
yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm.
Untuk jenis
standart tunggal biasanya
dipergunakan untuk mengerjakan
tanah dengan kedalaman sampai 90 cm,
sedang penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85) HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih,
biasanya dipergunakan untuk pekerjaan yang lebih dangkal.
Kadangkala pada bajak tanah bawah ini di bagian belakangnya dilengkapi dengan alat lain diantaranya:
1. Perlengkapan
mole (mole attachment)
Alat
ini digandengkan di belakang bajak tanah bawah. Alat ini berbentuk oval
berdiameter (7,5 – 20) cm. Hasilnya akan meninggalkan bekas seperti terowongan. Terowongan ini dimaksudkan untuk perbaikan drainase, kalau keadaan ideal akan tahan
sampai 7 tahun.
2. Perlengkapan pemupukan (fertilizer
attachment)
Penggandengan
alat ini pada bajak tanah bawah dimaksudkan untuk sekaligus mengadakan
pemupukan dengan kedalaman tertentu.
Dalam kenyataannya, cara pemupukan dengan sistem
ini mendapatkan hasil yang
menggembirakan. Jarak alur biasanya 120
cm, tapi jarak ini dapat divariasikan
menurut keadaan dan keperluannya.
Garu (harrow)
Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan
permukaan tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua.
Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua
adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah
kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas
tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah.
Macam-macam garu yang
digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah : garu
piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth
harrow); garu bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu
untuk pekerjaan khusus (special harrow).
- Garu piringan (disk harrow)
Pada prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir menyerupai bajak piringan,
khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya.
Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama.
Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan besar daya
penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan.
Seperti bajak piringan, bagian-bagian utama dari garu piringan terdiri atas: piringan; poros
piringan; penggarak piringan; kerangka. Kadang kala dilengkapi pula dengan roda dukung,
apabila sistem penggandengan dengan daya penariknya menggunakan sistem hela (trailing). Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan roda alur penstabil.
Beberapa piringan dari garu piringan dirangkai menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu poros,
rangkaian-rangkaian ini biasa disebut sebagai rangkaian piringan (disk
gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas dua
rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dari proses penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas ; penggaruan satu aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action).
Didasarkan atas uraian di atas, garu piringan dibedakan atas
garu piringan dua rangkaian satu aksi (single action two gang disk harrow); garu piringan dua rangkaian dua aksi (double
action two gang disk harrow); garu piringan empat rangkaian dua aksi atau biasanya disebut
tandem (tandem disk harrow). Untuk jelasnya konstruksi dari bermacam-macam garu piringan
dapat dilihat pada gambar.
- garu bergigi paku (spikes tooth harrow)
Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir, adalah jenis
garu yang sudah umum digunakan petani di Indonesia. Garu sisir yang ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu dan biasa digunakan untuk pengolahan tanah sawah dalam keadaan basah, sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah dengan bajak singkal.
Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor gigi-giginya terbuat dari bahan
logam, dipasang pada batang penempatan (tooth bar) dengan di klem atau di las. Konstruksi garu
bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada yang lurus
runcing dan ada
yang pipih, ada pula yang berbentuk blimbingan (diamond
shape). Kadangkala batang penempatan posisinya dapat diatur atau diputar sehingga memungkinkan untuk merubah sudut
gigi pakunya,
guna mengatur masuknya gigi di dalam tanah. Batang-batang penempatan selanjutnya dipasangkan pada kerangka penguat dari garu tersebut.
Dengan demikian bagian-bagian utama garu bergigi paku atau garu sisir adalah terdiri
atas ; gigi paku, batang penempatan dan kerangka penguat.
Garu bergigi paku terutama digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan, lebih cocok digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Alat ini cukup efektif
untuk memberantas
tanaman pengganggu khususnya yang masih kecil-kecil, atau baru tumbuh.
- Garu bergigi per (spring tooth harrow)
Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat
dari per atau pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan
menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai digunakan untuk tanah yang
mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas gulma yang mempunyai perakaran yang cukup
kuat dan dalam. Hal ini dikarenakan garu bergigi per mempunyai penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan garu bergigi paku. Dari sifatnya yang lentur dan bentuknya yang lengkung akan dapat mengangkat atau mencabut akar-akar tanaman sehingga terlempar keluar ke permukaan tanah.
- Garu-garu khusus (special harrow)
Jenis garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk mengerjakan pengolahan tanah dengan tujuan yang lebih khusus. Sebagai misal, pengolahan tanah dengan tujuan khusus
untuk
memusnahkan tanaman pengganggu, menghancurkan seresah, atau untuk menggemburkan tanah secara
intensif, atau mungkin bertujuan untuk membuat bedengan (seed bed)
yang lebih layak.
Penggunaan garu-garu khusus biasanya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Macam-macam garu khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau
seresah (weeder mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow); penggemburan tanah (soil
surgeon).
- Alat penyiang mekanis (cultivator)
Alat penyiang mekanis sebetulnya bukan termasuk alat penggolah tanah dalam artian untuk persiapan tanam, tetapi lebih mengarah ke alat pemeliharaan tanaman karena pada umumnya peralatan ini digunakan setelah kegiatan penanaman dilakukan. Namun karena arah
pemeliharaan tanaman dengan peralatan ini adalah dengan perlakuan pengolahan tanah, dan
dalam arti yang luas penyiangan dapat dilakukan sebelum dan sesudah tanam. Maka tidak ada salahnya alat penyiang mekanis ini dibicarakan secara singkat pada pembicaraan alat dan mesin
pengolah tanah (Anonim 3, 2013).
Penggunaan alat penyiang mekanis ini juga tidak banyak berbeda dengan peralatan
pengolah tanah lainnya. Penyiangan dengan peralatan mekanis bertujuan ; memberantas
tanaman
pengganggu; memperbaiki aerasi tanah mempertahankan kadar lengas tanah; memacu kerja mikroorganisme lebih aktif; mengembangkan penyediaan unsur hara dalam tanah; menggemburkan tanah agar penetrasi akar tanaman pokok lebih mudah
(Anonim 3, 2013).
Ada bermacam-macam alat penyiang mekanis yang digerakkan di lapangan pertanian mulai yang kecil yang digunakan dengan tenaga manusia sampai dengan yang besar yang
digerakkan dengan traktor besar dengan kapasitas kerja sampai (30 – 35)
ha/hari. Alat penyiang mekanis yang berukuran besar biasanya terdiri atas
tiga bagian, dua bagian dipasang di samping,
masing-masing sisi satu bagian dan satu bagian lagi dipasang di belakang traktor.
Bagian-bagian utama alat penyiang mekanis
terdiri atas:
1.
Mata pendangir (shovel/sweeper), merupakan bagian yang aktif untuk penyiangan. Yang
berbentuk sekop (shovel)
lebih berfungsi untuk menggemburkan tanah, sedang yang
berbentuk kaki bebek/penyapu (sweeper) lebih berfungsi untuk mematikan gulma.
2.
Tangkai pendangir (shank), berfungsi sebagai tempat pemasangan mata pendangir.
3.
Batang penempatan, berfungsi sebagai tempat pemasangan tangkai pendangir, jumlahnya
tergantung dari jenis
dan
ukuran dari peralatan penyiang mekanisnya.
4.
Kerangka
Perhitungan kebutuhan daya
Untuk kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis, traktor pada
umumnya
merupakan daya penggerak utama (prime mover) untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah. Dalam hal ini, disamping daya yang dihasilkan traktor dipergunakan
untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah, sebagian dayanya dibutuhkan
untuk dapat menggerakkan traktornya sendiri dalam rangka usahanya untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah tersebut. Dengan demikian dalam
memperhitungkan besarnya daya yang harus tersedia pada traktor harus diperhitungkan besarnya daya untuk menarik atau menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah (HP1) dan besarnya daya
untuk menggerakkan traktornya sendiri (HP2), yang berupa daya untuk mengatasi gaya tahanan
guling (rolling resistance). Besarnya HP1 akan ditentukan oleh besarnya gaya pada pengolahan tanah dan kecepatan
kerja dari pengolahan, sedang besarnya HP2 akan ditentukan oleh berat traktor, besar koefisien
tanahan guling (coefficient rolling
resistance) dan kecepatan kerja traktor tersebut.
Besarnya daya keseluruhan dari traktor untuk pengolahan tanah akan dipengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi gaya reaksi tanah terhadap perubahan sifat mekanis tanah seperti:
kelengasan tanah, khususnya dalam kaitannya dengan konsistensi tanah; tekstur,
struktur,
kandungan koloid maupun bahan pengikat tanah yang lain; vegetasi yang tumbuh di atas tanah yang diolah; dan faktor yang berkaitan dengan rancangan dan ukuran traktor maupun peralatannya; sertaDalam memperhitungkan besarnya daya untuk menarik atau menggerakkan alat dan
mesin pengolah tanah antara jenis alat yang satu dengan yang lain kemungkinan berbeda. Hal ini disebabkan karena karakteristik yang berbeda baik dari alat dan mesinnya atau keadaan tanah
pada waktu diolah. Keadaan tanah pada waktu akan dibajak dengan sendirinya akan berbeda
dengan pada waktu tanah akan digaru. Proses pengolahan tanah dengan bajak putar akan berbeda
dengan penggunaan jenis bajak lainnya.
Dengan demikian, dalam memperhitungkan besarnya ukuran daya traktor (HP) sebagai sumber daya penggerak utama alat dan mesin pengolah tanah, kemungkinan akan berbeda
besarnya ukuran daya pada alat pengolah tanah yang satu dengan alat pengolah tanah lainnya. Untuk memperhitungkan besarnya ukuran daya traktor dipergunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1.
Daya yang diperlukan untuk menarik/menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah
1. Untuk bajak singkal, bajak piringan, bajak pahat dan bajak tanah dalam
2. Untuk bajak putar
3. Untuk garu
4. Untuk alat penyiang mekanis
Dimana:
HP1
=
daya untuk menarik/menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah, (HP)
dsp
=
draft spesifik pembajakan, (kg/cm2)
tsp =
torsi spesifik pembajakan, (kg m/cm2)
dg =
draft penggaruan, (kg/m)
l = lebar pemotongan tanah dalam pembajakan (cm)
d = kedalaman pemotongan tanah, (cm)
lg =
lebar penggaruan, (m)
Rpm = jumlah putaran pisau rotari per menit,
(…/menit)
N = jumlah mata cultivator, (bh)
T = efisiensi
penerusan daya ke alat dan mesin pengolah tanah, (%)
2.
Daya untuk menggerakkan traktornya sendiri
Dimana:
HP2 = daya untuk menggerakan teraktor, (HP)
W = Berat traktor,(kg)
V = Kecepatan kerja, (m/det)
Ktg = Koefisien tanahan guling,
T = Efisiensi penerusan daya keroda penggerak traktor,
(%)
Besarnya nilai ktg sangat ditentukan oleh: berat traktor; ukuran dan bentuk rancangan roda; jenis dan kondisi tanah; jenis vegetasi di atas permukaan tanah.
3. Dengan memperhitungkan adanya toleransi (tlr) guna mengatasi kelerengan lahan serta keadaan lain yang tak terduga dalam operasi lapang, besarnya ukuran daya traktor dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Dimana:
HP =
besar ukuran daya traktor, (HP)
HP1
=
daya untuk menarik/menggerakkan alat dan mesin pengolah tanah, (HP)
HP2
=
daya untuk menggerakkan traktor,
(HP)
tlr =
toleransi penggunaan daya, (%)
Besarnya (tlr) dapat diambil sekitar (25 – 30)% dari kebutuhan daya teoritis.
Kapasitas
kerja pengolahan tanah
Yang dimaksud dengan kapasitas kerja adalah
kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki
hasil (hektar, kg, lt) per
satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan
waktu. Sehingga satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar
per jam per HP traktor (Zulfikar, 2016).
Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Ukuran
dan bentuk petakan
2. Topografi wilayah : datar, bergelombang atau
berbukit,
3. Keadaan
traktor : lama dan baru
4. Keadaan
vegetasi (tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah : alang-alang atau semak belukar
5. Keadaan
tanah : kering, basah, atau lembap,
liat atau berlempung, atau keras
6. Tingkat keterampilan operator : sudah berpengalaman,
terampil atau belum berpengalaman
7. Pola pengolahan tanah : pola spiral, pola
tepi, pola tengah, dan pola alfa.
Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kapasitas kerja alat adalah:
1. Ukuran dan bentuk petakan : Ukuran
dan atau bentuk petakan sangat mempengaruhi efisiensi
kerja dari pengolahan tanah
yang dilakukan dengan tenaga
tarik hewan ataupun dengan traktor. Dengan pengaruhnya terhadap
pencangkulan tidak begitu besar.
Ukuran petakan yang sempit akan mempersulit beloknya hewan penarik atau traktor, sehingga efisiensi
kerja dan kapasitas kerjanya rendah. Untuk mencapai efisiensi kerja dan kapasitas yang tinggi, maka ukuran luas
petakan harus
disesuaikan dengan tenaga penarik yang digunakan.
2. Topografi wilayah : Keadaan topografi wilayah
meliputi keadaan permukaan tanah dalam wilayah secara keseluruhan. Misalnya keadaan permukaan
wilayah tersebut datar
atau berbukit atau bergelombang.
Keadaan ini diukur dengan tingkat
kemiringan dari permukaan tanah yang dinyatakan dalam
(%). Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan dan traktor dalam pengolahan tanah adalah
sampai 3 persen (relatif datar). Kemirngan tanah yang lebih dari 3 persen yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3 sampai 8
persen dimana pengolahan tanahnya
dilakukan dangan mengikuti garis ketinggian (contour farming system). Bagi daerah yang berbukit-burkit
diamana bentuk petakan yang tidak teratur dan luasnya yang kecil, maka cangkul
sangat cocok untuk daerah ini. Pola terahir ini disebut dengan sistem
penterasan, dimana sawah-sawah
berbentuk teras-teras yang mengikuti garis ketinggian. Bentuk petakan
teratur akan memudahkan pekerjaan pekerjaan pengolahan tanah sehingga
efisiensinya akan lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak teratur.
3. Keadaan traktor
: Keadaan traktor juga akan
dipengaruhi kapasitas kerja
pengolahan tanah. Keadaan
traktor disini berarti
apakah traktor masih baru atau sudah lama. Jadi
menyangkut umur ekonomi traktor itu sendiri. Traktor-traktor
sudah lama dipakai berarti
umur ekonominya sudah habis atau
malah sudah terlewatkan, sehingga sudah
banyak bagian traktor yang sudah aus sehingga sering timbul kerusakan. Kerusakan–kerusakan akan menyangkut
masalah waktu, tenaga serta biaya. Sehingga
pekerjaan tidak akan efisien lagi.
4. Keadaan vegetasi : Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah juga dapat mempengaruhi efektivitas kerja
dari
bajak atau garu yang digunakan. Tumbuhan semak atau
alang-alang memungkinkan
kemacetan akibat penggumpalan pada alat
karena tertarik atau tidak terpotong. Pengolahan tanah pada alang-alang atau bersemak akan lebih
efektif bila digunakan bajak piringan
atau garu piring. Karena bajak atau garu
ini memiliki konstruksi yang berupa piringan dan dapat berputar sehingga
kecil kemungkinan untuk macet.
5. Keadaan
tanah
:
Keadaan tanah meliputi
sifat-sifat
fisik tanah, yaitu keadaan basah (sawah), kering,
berlempung, liat atau keras. Keadaan
ini menentukan jenis alat dan tenaga penarik yang digunakan. Disamping itu juga
mempengaruhi kapasitas kerja dari
pengolahan tanah. Tanah yang basah memberikan tahanan tanah terhadap tenaga penarik
relatif lebih rendah dibanding
dengan tanah kering. Akan tetapi pada tanah basah (sawah) memungkinkan terjadi slip yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah kering.
Penggunaan traktor tanah pada tanah sawah dan tanah kering biasanya
digunakan roda besi
tambahan pada
kedua rodanya agar
dapat memperkecil slip roda
yang
terjadi. Akhir-akhir
ini
IRRI Filipina (International Rice Research Institute)
telah mengembangkan traktor dengan kedua rodanya terbuat dari besi yang terdiri dari lempeng-lempeng besi yang khusus dirancang untuk
pengolahan tanah sawah.
Demikian juga traktor
4 roda, bila digunakan pada tanah sawah kedua roda belakangnya dipasang roda besi tambahan guna memperkecil slip rodanya. Bajak piring atau garu piring
lebih efektif bekerja pada tanah kering dibanding pada tanah basah. Sedangkan bajak singkal lebih efektif bila
digunakan pada tanah yang basah,
agak liat dibanding pada tanah kering.
6. Tingkat keterampilan operator : operator
yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi
kerja yang lebih baik dibanding
operator yang belum terampil dan belum
berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu
memberikan latihan terampil kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini
untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih efektif.
7. Pola
pengolahan tanah : Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan
selama pengolahan tanah. Pola
pengolahan harus dipilih dengan tujuan
untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja.
Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu
operasi dilapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin
rendah efisiensi kerjanya.
Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan
dilakukan adalah pola spiral, pola tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola
spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus tampa pengangkatan alat.
Dari uraian dimuka jelas menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang disebutkan tadi sangat
besar pengaruhnya terhadap kapasitas
kerja pengolahan tanah. Oleh karena
itu, dalam rencana melaksanakan pembukaan lahan atau pencetakan sawah keenam faktor tersebut harus dipertimbangkan dan
diperhatikan. Pada tabel 4. berikut ini diberikan beberapa kasus kapasitas
kerja pengolahan tanah
menurut jenis alat penarik. Satuan
kapasitas kerja
pada Tabel
1 ini
adalah hektar per jam per Hp traktor
untuk tenaga penarik dan
hektar per musim untuk tenaga ternak.
Tabel 1. Kapasitas kerja pengolahan tanah
Tenaga/tenaga
Penarik
|
Hp
|
Jenis Alat
|
Kapasitas
Kerja
|
Keadaan
tanah dan
jumlah pembajakan
|
1.Manusia (Pria)
2.Sepasang ternak
(kerbau/sapi)
|
0,054
1,072
|
Cangkul
Bajak singkal
|
(Ha/musim)
0,5
2-3
1,5-2,5
|
- sawah, 2 x cangkul
- sawah, 2 x bajak
- tanah kering, 2 x bjk
|
3.Traktor tangan
2 roda
|
5-9
|
Bajak singkal Bajak rotary Bajak singkal Bajak rotari
|
(ha/jam.Hp)
0,0055
0,0070
0,0040
0,0060
|
- sawah, 2 x bajak
- sawah, 2 x bajak
- tanah kering, 2 x
- tanah kering, 2 x
|
4. Traktor mini
4 roda
|
12-25
|
Bajak rotary
|
0,0090
0,0086
|
- sawah, 1 x bajak
- tanah kering, 1 x
|
Dengan menggunakan angka kapasitas kerja (Ha/Jam/Hp) dapat ditentukan kapasitas
kerja dari suatu traktor yang diketahui tenaga mesinnya. Misalnya terdapat
suatu unit traktor
tangan dengan tenaga
mesinnya 8 HP dan bajaknya adalah bajak rotary. Jika traktor ini mengolah tanah sawah
sebanyak 2 kali bajak sampai siap tanam,
maka kapasitas kerja
(Ha/jam) adalah :
8 Hp x 0,007
Ha/jam Hp = 0,056 Ha/jam
Daftar Pustaka
Anonim 2. 2014. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/
Teknik%20Mesin% 20
Budidaya%
20Pertanian/Alat%20Pengolahan%20tanah/index4april.html. Diakses
pada
tanggal 16 april 2018.
Zulfikar, 2016. Kapsitas kerja pengolahan tanah. http://webcache.googleusercontent.com/
search?q=cache:1Ftblbm-LO4J:lecture.uho.ac.id/zulfikar/wp-content/uploads/sites/
104 /2016/01/
Kapasitas-Kerja-Pengolahan-Tanah.pdf+&cd=3&hl=ban&ct=
clnk &gl= id& client=firefox-a. Diakses pada tanggal 16 april 2018.
Comments
Post a Comment